Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hud Al-Attas (Cipayung, Indonesia)
Di
kediamannya di Jl Condet Raya, Jakarta Timur, Habib Umar Alatas,
seorang kiai sepuh yang telah berusia 108 tahun tampak tidur telentang
hampir tidak bergerak. Hanya matanya saja yang selalu terpejam, sesekali
berusaha menatap mesra kepada para tamunya yang tidak henti-hentinya
berdatangan. Baik para tokoh habaib, ulama maupun kiai, hingga
masyarakat kurang mampu.
Di kamarnya yang cukup luas itu, di
antara para tamu itu, bukan saja datang dari Jakarta. Tapi juga dari
berbagai tempat di Tanah Air, sambil membacakan surat Yasin agar Allah
mempercepat kesembuhan ulama tertua di Tanah Air ini.
Sejak habis
mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di pesantrennya di
Cipayung, Bogor, 18 Juli lalu, kondisi habib memburuk karena sakit tua.
Dan hingga kini keadaannya masih antara sadar dan tidak sadar,” kata
Haji Ismet Alhabsji, seorang yang dekat dan merupakan kepercayaan habib
Umar kepada Republika Selasa (27/7). Pada acara maulid di Cipayung, yang
sudah 17 tahun diselenggarakan di tempat ini, menurut Ismet, Habib Umar
sudah tidak bisa hadir lagi di tengah-tengah jamaah yang jumlahnya
puluhan ribu orang. Ia hanya mengikuti dari kamarnya.
Setelah
acara maulid Nabi, Habib Umar yang fisiknya dalam keadaan lemah itu
sudah tidak sadarkan diri lagi. Bahkan, saat dibawa kembali ke
kediamannya di Condet, dia ditidurkan di mobil dan diinfus,” kata Ismet
yang selama belasan tahun dekat dengan habib Umar.
Rupanya,
sakitnya ulama tertua di Jakarta ini cepat luas tersebar. Dan mengingat
begitu antusiasnya masyarakat yang ingin menjenguknya, maka sejak minggu
lalu kediamannya di Condet menjadi semacam open house, terbuka hampir
sepanjang hari.
Habib Umar, kata Alwi Edrus Alaydrus, salah
seorang cucunya memang terbuka, mengulurkan tangan serta menyambut
dengan baik tiap tamu yang datang ke kediamannya. Tidak membedakan
status dan kedudukan mereka. Apakah rakyat kecil, atau pejabat tinggi
negara, kata Alwi Edrus.
Karenanya tidak heran, di antara
penjenguk terdapat artis-artis seperti Elvie Sukaesih dan putrinya
Fitria, Muchsin Alatas dan istrinya Titiek Sandhora serta putranya
Bobby.
Seperti hari Senin (26/7) lalu. Pengunjung dari Jakarta dan
luar kota tampak lebih banyak lagi yang mendatanginya. Karena waktu
itu, entah dari mana asalnya, Habib Umar diisukan telah meninggal dunia.
Sedangkan para murid dan pengikutnya, di Malaysia, Singapura dan Brunei
Darussalam yang mengetahui sakitnya, terus memantau kesehatannya.
“Mereka
minta kepada kita agar cepat diberitahukan bila terjadi apa-apa dengan
Habib Umar,” kata Alwi Edrus. “Mereka menyatakan kepada saya siap untuk
datang ke Jakarta bila terjadi apa-apa dengan habib.” Sedangkan Ismet
menambahkan, mereka terus memantau kesehatan Habib Umar, karena tahu
kalau beliau sakit. Pasalnya, mereka hadir pada waktu peringatan maulid
yang baru lalu.
Banyaknya umat Islam dari mancanegara yang selalu
datang tiap tahun ke acara maulid Habib Umar, karena ia pernah tinggal
di Singapura dan Malaysia selama beberapa tahun. Selama di kedua negara
itu, Habib Umar rupanya punya berpengaruh besar di kalangan masyarakat
dan pejabat pemerintahan. Hingga tidak heran, kalau banyak ulama dan
pejabat di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam menjadi akrab
dengannya.
Seperti dikatakan oleh Alwi Edrus, Sultan Johor, Tengku
Mahmudsyah sudah beberapa kali mendatangi habib Umar selama berada di
Jakarta. Pada tahun 1993 dan 1994, sultan dan keluarga datang dengan
menggunakan pesawat pribadi. “Tentu saja, kedatangan sultan Johor itu
membuat repot pemerintah RI, yang terpaksa mengerahkan protokol dan
pengawal dari kepresidenan,” kata salah seorang pihak keluarga.
Habib,
yang kelahiran Hadramaut, Yaman Selatan, sejak usia muda telah datang
ke Indonesia. Mula-mula tinggal di Kwitang, Jakarta Pusat. Di sini,
sambil berdakwah, ia juga berjualan kain di Pasar Tanah Abang. Kemudian
membuka pengajian dan majelis maulid di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat.
Pada
tahun 1950-an, ia ke Mekkah dan bermukim selama beberapa tahun. Tapi,
sayangnya, saat hendak kembali ke Indonesia, ia tertahan di Singapura.
Pasalnya, pada awal 1960-an terjadi konfrontasi antara RI – Malaysia,
sementara Singapura merupakan bagian negara itu. Habib Umar baru kembali
ke Tanah Air setelah usai konfrontasi, pada awal masa Orde Baru.
Tapi,
rupanya banyak hikmah yang diperolehnya di balik kejadian tersebut.
Karena, selama lebih dari lima tahun di Malaysia dan Singapura, ternyata
ia sangat dihormati oleh umat Islam setempat. Termasuk Brunei
Darussalam.
Seperti dikatakan oleh pihak keluarga, Habib Umar
bukan saja dihormati oleh Sultan Johor, tapi sultan-sultan lainnya di
Malaysia. Sedangkan di antara pejabat Malaysia yang sering mendatangi
kegiatan Habib Umar di Indonesia, di antaranya Menteri Pendidikan Naguib
Tun Razak.
Sedangkan dari Singapura, Achmad Mathar, Menteri
Lingkungan Hidup juga beberapa kali mendatangi Habib Umar. Juga menteri
dari Brunei, termasuk beberapa anggota kerajaannya. Sedangkan menurut
Haji Ismet, mereka itu umumnya datang ke Habib Umar, bukan pada
saat-saat peringatan maulid.
Habib Umar sendiri banyak dikenal
oleh pejabat, baik sipil maupun militer di Tanah Air yang pernah
berkunjung kepadanya. “Tapi, kita tidak mau menyebutkannya,” kata Alwi
Edrus.
Baik para tamu luar negeri, maupun para pejabatnya datang
ke Habib Umar atas kemauan sendiri untuk berziarah. Habib sendiri tidak
pernah mengundang dan mendatanginya. Karena ia berprinsip, ulama atau
ilmu didatangi, bukan mendatangi.
Maulid Internasional
Maulid
Nabi di Cipayung, yang tiap tahun dihadiri sekitar 100.000 jamaah,
termasuk ratusan jamaah dari mancanegara, tidak heran hingga oleh banyak
pihak dianggap sebagai maulid internasional.
Setidak-tidaknya
acara maulid habib Umar tiap tahun ini sudah menjadi agenda di beberapa
negara, khususnya Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Mereka
tahu sendiri kapan acara itu diselenggarakan, dan kami tidak pernah
mengundangnya lagi,” ujar Ismet.
Habib Umar sendiri, yang kini
dalam keadaan uzur akibat usianya yang sudah sangat lanjut, sudah dua
tahun ini tidak banyak lagi terlibat dalam menangani kegiatan maulid.
Acara ini dan acara-acara keagamaan lainnya, kini dipimpin oleh
putranya, Habib Salim Alatas (60).
Dahulunya, kata H Ismet, tiap
kegiatan maulid beliau sendiri yang menanganinya. Termasuk upaya-upaya
untuk menyediakan persediaan makan dan lauk pauk bagi puluhan ribu
jamaah yang hadir. “Kalau ditanya oleh orang dari mana dananya, habib
Umar selalu bilang dari Allah,” ujar Ismet.
Ihwal persediaan makan
untuk para jamaah yang menghadiri maulid ini, Alwi Edrus menyatakan,
dua tahun lalu tidak kurang dari 1.400 ekor kambing dan dua ekor sapi
yang dipotong. Sedangkan beras yang digunakan untuk memasak nasi kebuli
sebanyak 11 ton. Yang kesemuanya ditangani oleh seribu tukang masak.
Khusus
untuk para tamu luar negeri yang berjumlah sekitar 400-500 jamaah,
menurut Ismet, mereka disediakan tempat penginapan khusus di Cipayung,
rumah Mayjen TNI (Purn) Eddie Marzuki Nalapraya, yang juga sering
mendampingi Habib Umar.
“Selama empat atau lima hari mereka di
Cipayung, mulai dari sarapan pagi, makan siang dan malam, ditanggung
dari kocek Habib Umar sendiri. Paling-paling mereka mengeluarkan uang
untuk tiket. Mereka, biasanya datang berombongan. Tiap kepala rombongan
ada yang membawa 10-15 orang.
Memang, kegiatan Habib Umar
lebih-lebih sebelum menderita sakit, cukup padat. Di kediamannya di
Condet, tiap hari terdapat sekitar 300 jamaah subuh. Khusus pada hari
Jumat, meningkat menjadi sekitar 1.000 orang. Khusus Sabtu subuh, mereka
diberikan pelajaran fikih dari sejumlah ulama terkenal. Sedangkan di
Cipayung, tiap Kamis malam diadakan pembacaan maulid Diba.
Yang
unik, setelah mengikuti kegiatan, para jamaah selalu makan bersama yang
dijamu oleh Habib Umar. Tidak peduli pada masa krismon sekarang, jamuan
makan yang berlangsung sejak lama itu tidak pernah henti. Menu
makanannya hampir selalu nasi uduk berikut lauknya, seperti tahu dan
telur.
Sesuatu yang mungkin lain dibandingkan dengan acara-acara
di majelis lain adalah, acara-acara di Habib Umar, termasuk Maulud Nabi
tidak ada pidato-pidato. Acaranya sangat simple, yakni baca maulud,
zikir dan ditutup dengan do’a. Ismet menjelaskan, tidak adanya
pidato-pidato yang sudah tradisi sejak lama itu, karena habib takut akan
menimbulkan saling serang dan fitnah memfitnah.
Selama belasan
tahun dekat dengan ulama Betawi ini, Ismet meyakini, bahwa Habib Umar
untuk kegiatan-kegiatan keagamaan tidak pernah mau meminta sumbangan.
“Kalau pun orang mau memberi hadiah, harus benar-benar ikhlas. Kalau
tidak dia akan menolaknya. Apalagi kalau sumbangan itu punya tujuan
khusus.” Karena itulah, kata Ismet, tidak ada satu pejabat pun yang bisa
mempengaruhi Habib Umar.
Sedangkan bagi KH Zainuddin, seorang
ulama Betawi yang tiap Ahad memberikan ceramah di Majelis Taklim Kwitang
berpendapat, kecintaan para kiai dan ulama Betawi terhadap Habib Umar,
karena ia adalah seorang yang saleh, berakhlak mulia dan penuh
keberkahan.
“Para kiai mendatangi Habib Umar bukan sekali-kali
untuk menyembahnya, tapi untuk mendapatkan berkah dan doanya,” ujar
kiai, yang juga anggota MPP Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Yang
juga menarik dari pesan-pesan Habib Umar kepada mereka yang
mendatanginya, sangat sederhana sekali. Seperti anjuran untuk berbakti
kepada kedua orangtua, lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi
larangan-Nya.
Penyanyi Muchsin Alatas sendiri merasa sangat
terkesan akan keramahtamahannya. “Saya merasakan seolah-olah saya dan
keluarga dianggap sebagai anaknya sendiri,” kata Muchsin yang mengaku
hatinya lebih tenteram dan sejuk setelah bertemu Habib Umar.
H
Marullah (65), yang rumahnya tidak berjauhan dengan kediaman Habib Umar,
terkesan dengan cara bertetangga yang baik. Karena rumah habib selalu
terbuka dan dapat didatangi tiap waktu. “Habib menganggap semua orang
yang datang kepadanya adalah orang-orang baik, tidak peduli orang itu
preman sekalipun,” kata putra asali Betawi ini.
Menurut Ismet,
Habib Umar sejak beberapa tahun lalu telah mewakafkan tempat kegiatan
keagamaannya di Cipayung yang luas itu untuk kegiatan-kegiatan Islam.
Untuk itu, di tempat ini tengah dibangun sebuah pesantren terpadu Hamid
Umar bin Hoed Alatas, dan sudah mulai beroperasi mulai 8 Agustus
mendatang. Pesantren terpadu ini didirikan oleh Yayasan Pendidikan Islam
Assaadah, yang diketuai oleh Alwi bin Edrus Alaydrus. Sedangkan
pendirinya Habib Umar, Mayjen TNI (Pur) Eddie Nalapraya dan H Ismet
Alhabsji. Pesantren ini dibangun melalui tiga tahap, yang seluruhnya
akan menelan biaya Rp 14,5 miliar.
Di samping mewakafkan tanah dan
pesantren di Cipayung, menurut Ismet, habib juga berwasiat bila ia
meninggal dunia agar dimakamkan di makam wakaf Al-Hawi, Kalibata
Sumber : Republika Online edisi: 30 Jul 1999 oleh Alwi Shahab
Source : https://www.facebook.com/notes/amirah-basaiyma-marzaq/alhabib-umar-bin-hud-alathas/450740464966372