Cita-cita untuk menjadi seorang wirausaha atau
sekarang lebih dikenal dengan ‘enterpreneur’ tumbuh pada diri saya menginjak
usia dewasa. Awalnya, ketika masih kecil saya mempunyai cita-cita menjadi
seorang insyinyur. Walaupun belum jelas dan belum terlalu mengerti apa
sebenarnya pekerjaan dan kegiatan seorang insyinyur secara mendalam. Akan
tetapi, terbesit sebuah keinginan yang besar untuk menjadi insyinyur. Namun,
setelah memasuki usia dewasa, pemikiran pun berubah.
Selain dari analisa sendiri, banyak juga
masukan-masukan dari orang terdekat yang usianya lebih tua dan memiliki lebih
banyak pengalaman hidup daripada saya. Akhirnya muncul keinginan untuk menjadi
seorang enterpreneur. Diawali dengan ikut bekerja dengan keluarga sebagai
karyawan di sebuah toko. Saya mulai belajar berdagang. Ingin sekali rasanya
untuk memiliki usaha sendiri seperti itu. Tapi, masalah terbesar adalah modal
dan motivasi diri.
Di masa kuliah, saya belajar di universitas
negeri di kota saya, Palembang. Di semester 5 atau di tahun ketiga, jadwal
kuliah pun berkurang. Saya ditawari bekerja di salah satu perusahaan swasta.
Saya pun diposisikan sebagai akuntan padahal saya tidak memiliki banyak
pengetahuan dan modal ilmu tentang accounting.
Saya pun diajari di sana oleh atasan saya langsung yang mempercayakan saya
sebagai akuntan. Sebelumnya, dia yang memegang kendali tentang pembukuan
keuangan di perusahaan itu. Perusahaan itu bergerak dalam bidang jasa dan
penjualan. Dikategorikan sebagai bidang jasa karena perusahaan ini merupakan
perusahan multi voucher centre yang bekerja sebagi pelayan atau penyedia jasa
kepada konsumen dalam hal pengisian pulsa elektrik. Juga dikategorikan sebagai
penjualan karena ada barang yang dijual yakni pulsa elektrik tersebut.
Nah, di sinilah jiwa enterpreneur saya mulai
terbuka. Dahulu, sebelum bekerja di sini, saya telah diberi masukan oleh orang
tua untuk menjadi wiraswasta karena lebih fleksibel dan lebih kreatif. Tapi,
saya belum begitu tertarik dan berminta ke sana karena memang belum ada
masukan-masukan dan pengalaman tentang ‘enterpreneur’. Namun, setelah saya
masuk ke perusahaan swasta pada tahun 2011 lalu, saya diberikan banyak masukan
oleh kakak-kakak dan orang-orang yang berada di sana yang lebih tua dan
memiliki banyak pengalaman di dunia kerja. Saya diberikan wejangan-wejangan
tentang asyiknya berwirausaha. Saya pun tertarik dan hati saya terbuka untuk
memulai berwirausaha. Akan tetapi, saya masih belum berani untuk memulainya.
Keberanian dan kesungguhan hati belum terbentuk.
Padahal, atasan saya di kantor telah
memberikan peluang untuk berwirausaha dengan memberikan barang seperti sandal
yang bisa saya jual ke pasar atau teman lainnya. Namun, saya belum berani, saya
masih memikirkan dan mempertimbangkan akan dijual ke mana nantinya
barang-barang ini. Sedangkan, di rumah beliau itu barang-barang tersebut
bertumpuk dan belum ada orang yang pasti akan membeli. Ditanya gimana
menjalankan barang itu, dia dengan simple menjawab, beli saja dulu barangnya nanti
baru dipikir ke mana itu akan dijual. Setelah barang bertumpuk otomatis kita
akan berpikir bagaimana caranya supaya barang-barang tersebut bisa habis dibeli
orang. Selain itu, banyak masukan lain yang diberikan.
Itu merupakan sedikit masukan dari atasan saya
dulu. Masih banyak lagi masukan-masukan lain yang bermakna dan masih saya
pegang sampai dengan sekarang. Selain beliau, atasan saya yang lain juga
memberikan masukan kepada saya jika kami bertemu. Mereka merupakan contoh
sukses di dunia wirausaha menurut pandangan saya karena pada awalnya mereka
bergerak dari bawah dari kalangan bawah. Mereka awalnya adalah seorang sales
dengan modal yang tidak terlalu besar. Namun, dengan usaha dan kerja keras
mereka sekarang telah menjadi orang besar dan sukses di usaha kerja mereka di
bidang industri komunikasi yaitu penjualan hp dan pulsa, baik elektrik maupun
fisik. Sekarang, usaha mereka telah terfokus pada penjualan pulsa elektrik dan
server multi voucher centre.
Saya secara pribadi diajak oleh salah satu
pemilik saham di perusahaan ini yang masih memiliki ikatan keluarga dengan
saya. Namun, saya merasa saya tidak siap dan belum sanggup untuk ikut bergabung
di dalam usaha tersebut.. Saya masih merasa belum cukup ilmu dan masih harus
terus belajar. Akhirnya, saya memutuskan untuk istirahat kerja, break dulu dari
kerajaan saya di perusahaan tersebut dan berniat untuk melanjutkan kulaiah d4
tkj di ITB-Seamolec.
Pengalaman kerja saya ya baru sampai di situ,
tapi masukan dan ide tentang wirausaha udah lumayan banyak saya terima karena
alhamdulillah lingkungan kerja saya adalah wiraswasta dan lebih dewasa dari
saya baik dari segi usia maupun pemikiran. Terakhir sebelum saya berangkat,
saya ditawari lagi oleh bos saya di kantor untuk menjual satu produk yang
memang nilai jualnya tidak terlalu mahal dan terjangkau serta peminatnya cukup
banyak. Tapi, lagi-lagi saya menolak dan membuang kesempatan tersebut karena
saya masih merasa belum sanggup dan berani untuk bergerak.
Jiwa enterpreneur belum tumbuh di dalam jiwa
saya. Tapi, pengalaman kerja di bidang perniagaan sudah sempat saya jalani
sejak saya menginjak usia remaja. Saya ikut keluarga saya berdagang di pasar
tradisional waktu itu walaupun cuma sekedar menjadi pegawai atau pembantu di
lapangan tapi saya merasa sangat bersyukur bisa mendapatkan pengalaman
tersebut. Di sana, saya belajar bernegosiasi dengan para konsumen dan pelanggan
yang belanja di pasar tradisional tersebut. Pasar tersebut terletak di salah
satu sudut kota Palembang. Pasar ini merupakan salah satu pasar tradisional
yang cukup padat, tapi terkhusus di pagi hari saja atau yang sering kita kenal
dengan istilah pasar pagi.
Selain terjun langsung di pasar, saya juga
pernah berjualan pulsa elektrik di hp saya sendiri kepada teman-teman dan lingkungan
tempat tinggal. Walaupun memperoleh untung yang tidak terlalu besar, tapi
lumayan lah buat isi bensin dan jajan secukupnya. Yang terpenting adalah saya
bisa memperoleh banyak kenalan dari sini dan bisa berinteraksi dengan teman
kuliah dan warga di lingkungan tempat tinggal saya. Penjualannya cukup banyak
tapi tantangannya adalah banyak juga yang tidak membayar cash atau berhutang
terlebih dahulu. Ini disebabkan karena pengisian pulsa elektrik bisa dilakukan
dari jarak jauh atau tidak harus bertemu langsung dengan saya sebagai penjual. Oleh
karena itulah, biasanya pembeli/konsumen saya tidak langsung membayar dan
membeli pulsanya terlebih dahulu. Dari sini, saya mencatat bahwa untuk memulai
usaha itu diperlukan manajemen keuangan yang baik apalagi terjadi transaksi
yang tidak berkaitan lansung dengan hutang piutang. Ini sangat perlu
diperhatikan jika kita tidak ingin mengalami kerugian yang harusnya tidak
terjadi. Itulah sedikit cerita dan pengalaman saya dalam dunia wirausaha. Saya
akan terus berusaha menjadi lebih baik dan lebih berani dalam menjalani dunia
ini.
0 comments:
Posting Komentar