Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, “Iman memiliki lebih dari enam
puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman.” (HR Bukhari dan
Muslim). Masih banyak hadits lain yang berbicara tentang rasa malu.
Orang
yang tidak memiliki rasa malu, jiwanya akan tercoreng. Bahkan, dalam
konteks rasa malu, dikatakan, manusia mempunyai dua hijab, yakni hijab
umum dan hijab khusus. Hijab umum adalah rasa malu, sedang hijab khusus
adalah pakaian yang menutupi aurat.
Rasa malu juga merupakan
bagian dari keimanan, bahkan merupakan salah satu indikator
tinggi-rendahnya keimanan. Karenanya, manusia yang paling beriman, yaitu
Rasulullah SAW, adalah manusia yang paling pemalu, bahkan melebihi
malunya para wanita yang dalam pingitan.
Namun, yang
memprihatinkan, di bulan Ramadhan, yang seharusnya orang merasa lebih
malu untuk berbuat sesuatu yang memalukan, justru sebagian di antara
mereka mengumbar akhlaq tak terpuji itu. Salah satunya tawuran.
Dan,
karena kuantitas dan frekuensinya yang begitu tinggi, sampai-sampai
Polda Metro Jaya, misalnya, melansir ada 71 lokasi rawan tawuran di
Jakarta. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes (Pol.) Rikwanto,
gesekan antarwarga meningkat saat bulan puasa, terutama saat menjelang
sahur.
Penyebabnya bermacam-macam, seperti ejek-ejekan, main
petasan, dan lain-lain. Namun, sebab utama dari semua itu adalah
hilangnya rasa malu.
Orang yang punya rasa malu tidak akan mudah mengejak orang lain. Ia akan selalu
berintrospeksi, misalnya, “Jangan-jangan aku lebih memalukan daripada
orang itu, maka sungguh tidak beralasan kalau aku mengejeknya.”
Orang
yang punya rasa malu tidak akan main petasan. Karena, main petasan itu
dilarang oleh peraturan negara. Dan, dalam sebuah negara yang
berperaturan, hanya orang yang tak bermalulah yang mau melanggar
peraturan. Dampak main petasan itu banyak, dan bisa berbahaya. Misalnya,
orang yang jantungan bisa mati mendadak mendengar ledakan petasan.
Luka, kebakaran, dan masih banyak lagi.
Dan akhirnya, orang yang punya rasa malu tidak akan melakukan tawuran. Baik tawuran itu diliput media massa, maupun tidak.
Namun,
kenyataannya, karena hilangnya rasa malu, mereka begitu gampang
tawuran. Bahkan, seolah merasa bangga kalau diliput media massa. Sungguh
sangat memalukan!
Jika kita berpegang pada teori risiko
mayoritas, karena mayoritas penduduk Indonesia adalah orang Islam,
orang-orang yang melakukan tawuran itu sebagian besar ya orang Islam.
Dan jika demikian, sungguh apa yang mereka lakukan telah menodai citra
Islam.
Sumber : http://majalah-alkisah.com/index.php/component/content/article/1154-ketika-rasa-malu-telah-hilang
Minggu, 29 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Arti Makna Sebuah Lagu Lagu, 4 buah kata yang simple dan cukup sederhana. Ketika terdengar sebuah dendangan lagu diiringi den...
-
Manis itulah kata pertama yang terbesit di hati. Ya, bgitulah ktika prtama kali melihat wajahnya. Perawakan yang imut, lucu dan mungil me...
-
Kali ini saya ingin berbagi sedikit code tentang Java. Materi ini merupakan salah satu studi kasus mata kuliah OOP saya di program d4 ... S...
Categories
Arsip Blog
- Mei 2014 (1)
- November 2013 (4)
- Oktober 2013 (1)
- September 2013 (3)
- Oktober 2012 (2)
- September 2012 (2)
- Agustus 2012 (3)
- Juli 2012 (8)
Label
- 3D WS (2)
- ANDROID (1)
- Experience (1)
- Hollow Mind.. (6)
- IsLamic (6)
- Manaqib (1)
- PJJ (1)
- Programming (1)
- Technopreneur (1)
- Tips & Tricks (1)
0 comments:
Posting Komentar